Arnod Sihite SE kini menikmati buah kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Kini, ayah tiga anak itu cukup sukses sebagai pengusaha.
Kepada Barita Batak yang menemuinya beberapa waktu lalu di Tangerang, pria murah senyum itu menceritakan pengalaman hidupnya. Dia berharap, pengalamannya bisa menjadi contoh dan teladan bagi generasi muda Batak.
“Saya sejak SD sudah pergi ke ladang pagi-pagi, menanam tomat, cabe dan ini rutin saya lakukan,” kata Arnold di kantornya di Graha Asri 88 Jln, Raya Lengkong Kulon No.48 Pagedangan, Tangerang.
Meski ayahnya seorang guru dan ibunya berbisnis kecil-kecilan, Arnold tak lantas bermanja-manja. Suami Sri Purwanti SH ini tetap penuh semangat dan memiliki jiwa pekerja keras. Terkadang dia bahkan harus merelakan waktu bermainnya bersama teman-teman sebaya.
“Ayah saya dulu guru, sementara Ibu bekerja mengelola material dan toko kelontong. Singkat cerita usaha Ibu tidak jalan lagi. Tutup. Nah, karena tadinya saya sejak kecil sudah kerja keras menanam tomat dan cabe, akhirnya bisa membantu Ibu dan keluarga. Wah, besar-besar sekali tomatnya dan bagus-bagus dan bisa tiga kali panen,” ujar Arnold bangga sambil mengenang masa lalunya di kampung.
Setelah tamat SMA Tahun 1990, kelahiran Humbang Hasundutan, 8 Februari 1971 mengikuti tes Perguruan Tinggi Negeri UI, IPB dan UGM Jurusan Pertanian.
Namun tidak lulus. Meski begitu, empat bersaudara ini tetap semangat bahkan semangatnya semakin berapi-api guna meraih kesuksesan.
Arnod lalu memutuskan untuk merantau ke Jakarta pada tahun 1995. Tekandnya jelas, yakni mencari pekerjaan.
“Awalnya saya merantau karena saudara tinggal di Jakarta. Dia kemudian mengajak saya ke Jakarta dan mengajak saya melamar pekerjaan sebagai satpam di kawasan Sudirman. Karena memang ingin bekerja, saya ikut saja berbaris di belakang. Tapi karena saya tidak bawa lamaran, nama saya tidak dipanggil. Saya kemudian disuruh membuat lamaran dan akhirnya diterima jadi satpam,” kata Arnod seraya tersenyum.
Tiga tahun jadi satpam, Arnod selanjutnya pindah kerja di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Sembari bekerja dan memang sudah cukup umur untuk berumah tangga, Arnod pun memutuskan untuk segera menikah.
Kebetulan, saat itu, dia sudah berkenalan dengan seorang gadis cantik dan baik hati yang tinggalnya tak jauh dari kantornya. Karena saling cinta, hubungan mereka berjalan serius.
“Karena saya sudah suka cinta dengan dia, saya beranikan menemui orangtuanya. Saya mau melamar dan menikahinya,” kata Arnold.
Tapi tidak mudah, sebab Arnold dan sang kekasih beda keyakinan. Tapi Arnold yang sudah mantap dengan keputusannya tetap maju menemui orang tua si gadis.
“Saya beranikan saja dan mengutarakan kepada orangtuanya kalau saya mau melamar dan menikah dengan putri Bapak,” kenang Arnod.
Setelah itu, Arnod memberi tahu kepada orang tua dan keluarganya di kampung. “Akhirnya kami melakasanakan pernikahan di kampung, Doloksanggul. Yang menarik, orangtua dan keluarganya mau menghadiri pernikahan kami di kampung. Acara berlangsung lancar dan mendapat restu dari semua keluarga,” ujar Arnod.
Selama menikah dan dikarunia tiga anak, Arnod dan istri hidup rukun dan saling mencintai. Mereka juga sangat menghormati orang tua, termasuk mertua dan keluarga besar istri.
“Mertua saya baik. Kami saling mengerti. Saling tolong menolong dan selalu berbuat baik,” jelas Arnod yang berjemat di HKBP Ressort BSD Melati Mas.*BB